BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasaan, akhlak (moral) mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Pendidikan aqidah merupakan usaha sadar untuk
mengembangkan potensi kekuatan spritual keagamaan yang dimiliki seseorang.
Pendidikan akhlak dan moral merupakan usaha sadar untuk mengembangkan potensi
manusia untuk berakhlak mulia dan berkepribadian baik. Sedangkan pendidikan
ibadah merupakan salah satu jalan untuk mengembangkan kemampuan manusia untuk
mampu mengendalikan dirinya dalam bertingkah laku dan juga untuk memperkuat
kekuatan spritual keagamaannya. Salah satu elemen dalam diri manusia yang
memiliki potensi-potensi yang perlu dikembangkan adalah jiwa yang memang telah
dibawa sejak manusia dilahirkan ke muka bumi ini.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan paparan singkat diatas maka yang akan
menjadi fokus utama pembahasan makalah kami ini adalah masalah moral atau
akhlak, bagaimana kita bisa memahami
hadits tentang pendidikan moral?
C.
Tujuan
pembahasan
Dalam pembahasan makalah lami ini, kami sebagai
pemakalah memiliki tujuan yaitu Untuk memahami hadits tentang pendidikan moral.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Teks Hadits
“Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Munir dia mendengar Abu
An Nadlr telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Abdullah yaitu Ibnu
Dinar dari Ayahnya dari Abu Shalih dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu
'alaihi wasallam beliau bersabda: "Sungguh seorang hamba akan mengucapkan
sebuah kalimat yang diridlai Allah, suatu kalimat yang ia tidak
mempedulikannya, namun dengannya Allah mengangkatnya beberapa derajat. Dan
sungguh, seorang hamba akan mengucapkan sebuah kalimat yang dibenci oleh Allah,
suatu kalimat yang ia tidak meperdulikannya, namun dengannya Allah
melemparkannya ke dalam neraka.".[1]
“Telah menceritakan kepada kami
Ahmad bin 'Abdullah bin Yunus; Telah menceritakan kepada kami Zuhair; Telah
menceritakan kepada kami 'Ashim Al Ahwal dari Abu 'Utsman ia berkata; "
Umar bin Khaththab pernah menulis surat kepada kami yang sedang berada di
Azerbeijan sebagai berikut; 'Hai Uthbah bin Farqad, sesungguhnya harta ini
bukanlah dari hasil jerih payahmu dan bukan pula hasil jerih payah bapak dan ibumu.
Oleh karena itu, kenyangkanlah kaum muslimin di tempat tinggal mereka dari apa
yang kamu gunakan untuk mengenyangkan dirimu di rumah! Hindarilah dirimu dari
kemewahan, pakaian orang musyrik, dan pakaian sutera!”.[2]
- قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « لا يخلون أحدكم بامرأة إلا مع ذي محرم » ( رواه البخاري ومسلم)
"Jangan sampai salah seorang di antara kalian berdua-duan dengan seorang perempuan
melainkan ketika ada mahramnya". HR Bukhari dan Muslim. [3]
B.
Telaah
Hadits
- Hadits No 1
Melihat teks hadits no 1 diatas,
kita dapat mengetahui bahwa lisan dapat menentukan kedudukan dan keselamatan
seorang hamba. Kemudian bagaimana agar
kita secara pribadi-pribadi sekaligus secara maj-muk masyarakat, mampu
mempergunakan kekuatan lisan kita untuk mencapai kedudukan yang tinggi, derajat
yang terhormat, bahkan pangkat yang paling mulia, bukan hanya di kalangan
manusia atau segenap makhluk, akan tetapi kemuliaan di sisi Allah juga, Junjungan
kita Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai pemimpin yang
paling mengasihi dan menyayangi umatnya, telah berpesan serta berwasiat demi keselamatan,
kemuliaan, serta ketinggian derajat kita, umat beliau, dalam sabda beliau shallallahu
‘alaihi wasallam, beliau menerangkan,
“Sesungguhnya seseorang dari kalian berkata
dengan perkataan yang diridhai Allah, dia tidak menyangka bahwa kalimat itu
bisa sampai pada apa yang dicapai (oleh kalimat itu), kemudian Allah mencatat
baginya disebabkan kalimat itu pada keridhaanNya sampai hari dia bertemu
denganNya.” (HR. Ahmad, at-Tirmidzi, an-Nasa`i,
Ibnu Hibban dari sahabat Bilal bin Harits y).[4]
Dapat kita pahami dalam wasiat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tersebut, bahwa derajat yang
tinggi dapat dicapai dengan kalimat yang diridhai oleh Allah. Rasulullah menunjukkan
bahwa kalimat yang diridhai oleh Allah Ta’ala, dijamin dapat
menyelamatkan dan menjadikan kita bahagia bahkan mencapai derajat yang
setinggi-tingginya di sisi Allah adalah dzikir kepada Allah.[5]
Hanya karena hidayah dan taufik
Allah semata, kita dapat senantiasa berdzikir dan bersyukur kepadaNya. apakah
kita sebagai umat, sebagai bangsa, sebagai generasi, ingin tetap mempertahankan
kedudukan yang mulia dan tertinggi itu, atau malah kita tidak mau peduli dan
tidak mau sadar bahwa kita sedang menukik terjun ke dalam jurang kehinaan dan
kehancuran umat dan bangsa.
Tiada cara untuk bisa
mempertahankan kedudukan termulia dan tertinggi itu selain dari bersyukur
kepada Allah, senantiasa mensyukuri nikmat kesehatan lisan, dengan berupaya
mengguna-kannya untuk mengucapkan kalimat yang diridhai Allah Ta’ala
semata, menggunakan lisan hanya untuk menyeru kepada Allah, memperbanyak dzikir
di manapun berada, sehingga bibir senantiasa basah oleh dzikir.
Di samping itu juga, sangat
dianjurkan bahkan akan memperoleh satu kedudukan yang tinggi jika kita
menggunakan lisan untuk bermudzakarah, menyebarkan, dan menuntut ilmu. Allah Ta’ala
berfirman,
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä #sÎ) @Ï% öNä3s9 (#qßs¡¡xÿs? Îû ħÎ=»yfyJø9$# (#qßs|¡øù$$sù Ëx|¡øÿt ª!$# öNä3s9 ( #sÎ)ur @Ï% (#râà±S$# (#râà±S$$sù Æìsùöt ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uy 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ×Î7yz ÇÊÊÈ
“Hai orang-orang beriman apabila kamu
dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Al-Mujadilah: 11).
Dengan cara seperti itulah kaum
muslimin senantiasa bisa mempertahankan kedudukan yang paling mulia sejak zaman
para nabi dan rasul sampai saat sekarang, maka janganlah sekali-kali kita
melupakan atau tidak mau mewarisinya dengan sungguh-sungguh, sehingga
tersungkur dalam jurang kehancuran, karena tidak mampu lagi menjaga lisan dan
mensyukurinya dengan sebaik-baiknya.
Apabila kita tidak mampu untuk
berkata yang baik, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberi
satu solusi jitu yaitu, Diam.[6]
Karena diam itu mampu menahan seorang hamba agar tidak jatuh ke dalam jurang
kehancuran. Dengan diam, kita akan selamat dari jurang neraka, Sesungguhnya
perkataan yang tidak baik dapat menyebabkan kehancuran dan kesengsaraan di
dunia dan di akhirat, semua itu dikarenakan tidak mau mengendalikan lisan atau
tidak bisa diam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, yang
artinya:
“Telah mengabarkan kepada kami Ishaq bin Isa
dari Abdullah bin Uqbah dari Yazid bin Amr dari Abu Abdurrahman Al Hubuli dari
Abdullah bin Amr bin Al 'Ash ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Barangsiapa diam, ia akan selamat"[7]
- Hadits No 2
Harta dengan segala macamnya pada dasarnya adalah
kenikmatan yang diberikan Allah swt kepada hambanya. Dan manusia harus
menjadikannya sebagai sarana ibadah dalam hidupnya. Tetapi yang sering terjadi
dan menimpa manusia ialah
bahwa harta berubah menjadi fitnah dan bencana yang merugikan dirinya di dunia
maupun akhirat.
Manusia yang mestinya
menjadikan harta sebagai sarana tetapi mereka menjadikannya tujuan hidup bahkan
banyak yang menghambakan hidupnya pada harta. Sehingga celakalah mereka. Oleh karenanya
agar manusia tidak terfitnah dengan harta dan tidak jatuh pada fitnahnya
hendaknya mereka mengetahui beberapa hal berikut:
a.
Hakekat Harta dan
Dunia
Dunia adalah permainan dan senda gurau. Allah swt berfirman:
$tBur ÍnÉ»yd äo4quysø9$# !$u÷R$!$# wÎ) ×qôgs9 Ò=Ïès9ur 4 cÎ)ur u#¤$!$# notÅzFy$# }Îgs9 ãb#uquptø:$# 4 öqs9 (#qçR$2 cqßJn=ôèt
”Dan
tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan
sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui”(QS
Al-Ankabuut 64).[8]
Kesenangan yang menipu.[9]
Kesenangan yang terbatas dan sementara,[10]
Firman-Nya; Jalan atau jembatan menuju akhirat, Rasulullah saw bersabda yang
artinya: “Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau musafir (HR
Bukhari dari Ibnu Umar) Imam Ahmad, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah menambahkan:”
Posisikan dirimu bahwa engkau termasuk ahli kubur”.
b.
Mengetahui
Kedudukan Manusia
Manusia diciptakan Allah
sebagai pemimpin yang harus memakmurkan bumi. Maka mereka harus menguasai dunia
atau harta bukan dikuasai oleh harta. Sebagaimana do’a yang diungkapkan oleh
Abu Bakar ra: “Ya Allah jadikanlah dunia ditanganku bukan masuk kedalam
hatiku”. Kedudukan manusia lebih mulia dari dunia dan seisinya maka jangan
sampai diperbudak oleh dunia atau harta benda. Manusia memang harus memakmurkan
dunia tetapi jangan sampai hal itu melalaikan dirinya dari visi dan misi
mereka.
c.
Mengetahui bahwa
segala yang dimiliki manusia berupa harta kekayaan akan dihisab.
Manusia harus mengetahui dan
sadar bahwa kekayaan yang mereka miliki akan diperhitungkan di akhirat kelak.
Bahkan semua yang dimiliki dan di’nimati manusia baik kecil maupun besar akan
dicatat dan dipertanggungjawabkannya. Oleh karenanya mereka harus berhati-hati
dalam mencari harta kekayaan dan dalam membelanjakannya. Jangan sampai
mencarinya dengan cara yang diharamkan Allah dan membelanjakannya pada sesuatu
yang dihramkan Allah. Lebih jauh lagi manusia harus menjauhkan diri dari
diperbudak oleh harta.
d.
Sadar bahwa
keni’matan diakhirat jauh lebih ni’mat dan abadi
Seluruh bentuk keni’matan Allah
yang diberikan hamba-Nya didunia hanyalah sebagian kecil saja. Rasulullah saw
bersabda yang artinya: Artinya: Dari Abu Hurairah ra berkata: Saya mendengar
Rasulullah saw bersabda: ”Allah menjadikan rahmat 100 bagian, 99 bagian
Allah tahan dan Allah turunkan ke bumi satu bagian. Satu bagian itulah yang
menyebabkan sesama mahluk saling menyayangi sampai kuda mengangkat telapak
kakinya dari anaknya khawatir mengenainya” (Muttafaqun ‘alaihi).
Begitulah, kenikmatan paling
nikmat yang Allah berikan di dunia hanyalah satu bagian saja dari rahmat Allah
swt sedangkan sisanya Allah tahan dan hanya akan diberikan kepada orang-orang
beriman di surga. Oleh karena itu dalam kesempatan lain Rasulullah saw bersabda
tentang dunia bagi orang beriman yang artinya: Dari Abu Hurairah ra berkata
rasulullah saw bersabda: ”Dunia adalah penjara bagi mu’min dan surga bagi
orang kafir”. (HR Muslim).
- Hadits No 3
Pengertian ikhtilat adalah berkumpulnya antara laki-laki dan
perempuan yang tidak mempunyai hubungan keluarga. Hukum itu berlaku baik
berkumpulnya tersebut antara laki-laki dan perempuan pada satu tempat, yang
memungkinkan satu sama lain bisa saling berhubungan, baik itu dengan saling
berpandangan atau melalui isyarat maupun berbicara secara langsung atau tidak.
Oleh karena itu, menyepinya seorang perempuan bersama lelaki lain yang bukan
mahramnya dengan kondisi apapun termasuk dalam kategori ikhtilat.
Sedangkan hukum ikhtilat
adalah haram bahkan ia merupakan perkara yang begitu keras di ingkari oleh
Allah supaya dihindari oleh kaum muslimin. Karena sesungguhnya ikhtilat ini,
yang terjadi antara dua lawan jenis yang berbeda, antara laki-laki dan
perempuan merupakan faktor terbesar terjadi perbuatan zina, dan bahaya terbesar
dari itu semua adalah apabila seorang perempuan menyepi bersama laki-laki yang
bukan mahramnya karena penyebab masuknya setan di antara mereka berdua adalah
ketika mereka berduaan di tempat yang sepi. Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « لا يخلون رجل بامرأة إلا كان الشيطان
ثالثهما » ( رواه الترمذي و أحمد والحاكم وصححه)
"Tidaklah seorang laki-laki berduaan bersama
wanita yang bukan mahramnya melainkan pasti yang ketiganya adalah setan".
HR Tirmidzi, Ahmad dan al-Hakim dan beliau menshahihkannya.
Dalil-dalil yang menerangkan haramnya berduaan dengan lawan jenis yang
bukan mahramnya.[11]
a.
Firman
Allah Subhanahu wa ta'ala:
قال
الله تعالى : ﴿وَإِذَا
سَأَلۡتُمُوهُنَّ مَتَٰعٗا فَسَۡٔلُوهُنَّ مِن وَرَآءِ حِجَابٖۚ ذَٰلِكُمۡ
أَطۡهَرُ لِقُلُوبِكُمۡ وَقُلُوبِهِنَّۚ ﴾ . ( سورة الأحزاب:
53).
"Dan apabila kamu meminta sesuatu
(keperluan) kepada mereka (isteri- isteri Nabi), Maka mintalah dari belakang
tabir. Karena cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka". (QS al-Ahzaab: 53).
b.
Sabdanya
Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : «إياكم والدخول على النساء» فقال رجل من
الأنصار أفرأيت الحمو قال: «الحمو الموت» ( رواه البخاري ومسلم)
"Hati-hatilah kalian dari keluar masuk ke
tempat perempuan". Maka ada salah seorang sahabat dari kalangan
Anshar yang menanyakan kepada beliau, bagaimana dengan kakak ipar. Beliau
menjawab: "Kakak ipar adalah kematian". HR Bukhari dan Muslim.
Yang di maksud dengan sabda Nabi al-Hamu adalah saudara kandung
suaminya seperti adik laki-lakinya, atau anak laki-laki dari adiknya, pamannya
atau anak laki-laki dari pamannya. Maka Nabi menyuruh agar rasa takutnya kepada
mereka lebih besar di banding rasa takutnya kepada lelaki lain, itu di
karenakan bahaya yang akan di peroleh serta fitnah yang di akibatkan lebih
besar, di sebabkan kebebasan yang ia miliki untuk bisa keluar masuk dan
berduaan bersama istri saudaranya tersebut tanpa ada orang yang mengingkarinya,
berbeda dengan orang lain yang keluar masuk tentu akan banyak orang yang
mengingkarinya. Sedangkan makna yang
terkandung di dalam hadits ini adalah kita di suruh untuk berhati-hati dari
bahaya ikhtilat dan berdua-duan bersama wanita-wanita yang bukan mahramnya.
Sebagian dampak dan akibat yang di sebabkan oleh bersoleknya perempuan
bukan kepada mahramnya dan campur baurnya mereka bersama laki-laki. Dan dampak
serta akibatnya sangatlah jelek dan berbahaya bagi lingkungkan umat manusia,
dengan kemunduran dan kemerosotan moral sampai pada titik yang sangat menyedihkan
yaitu kehidupan yang menyerupai kehidupan binatang.
Oleh sebab itu, maka Islam mengharamkan campur baur antara laki dan
perempuan asing, dengan memberi solusi bagi tiap jenisnya di siapkan lingkungan
yang berbeda secara khusus supaya bisa aman kehidupan insan, dan menyelamatkan
mereka dengan terjaganya sifat kemanusiaan, kemuliaan serta agamanya.[12]
Dan fenomena yang sangat di sayangkan, dengan banyaknya kita saksikan
pada sebagian tempat perbelanjaan kita, dari adanya para wanita yang perpakaian
akan tetapi hakekatnya seperti orang yang telanjang, dengan membuka aurat yang
menimbulkan fitnah pada laki-laki, mereka telah menanggalkan mahkota malu,
risih serta muru'ahnya bahkan sifat kemanusiaanya pun telah tergadaikan, mereka
tampakan wajah serta kepalanya dengan dandan yang paling sempurna, di tambah
lagi dengan menampakan leher, tangan dan kaki, sehingga mereka membakar pasar
tersebut dengan gelora fitnah yang ia tebarkan ke kanan dan ke kiri tanpa ada
rasa malu dan sungkan lagi. Di saksikan oleh para pemuda yang sedang bergejolak
syahwatnya terbuai dengan pemandangan yang menggodanya, maka sesungguhnya para
wanita tadi, dengan kelakuannya yang tabu tersebut telah menipu pemudi kita
untuk mengikutinya dan juga telah memfitnah para pemuda kita dengan
perbuatannya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Apabila kita tidak
mampu untuk berkata yang baik, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
memberi satu solusi jitu yaitu, Diam. Karena diam itu mampu menahan seorang
hamba agar tidak jatuh ke dalam jurang kehancuran. Dengan diam, kita akan
selamat dari jurang neraka,
2.
Harta pada dasarnya adalah kenikmatan yang
diberikan Allah swt kepada hambanya. Dan manusia harus menjadikannya sebagai
sarana ibadah dalam hidupnya. Tetapi yang sering terjadi dan menimpa manusia ialah bahwa harta
berubah menjadi fitnah dan bencana yang merugikan dirinya di dunia maupun
akhirat.
3.
Islam mengharamkan campur baur antara laki dan perempuan
asing, dengan memberi solusi bagi tiap jenisnya di siapkan lingkungan yang
berbeda secara khusus supaya bisa aman kehidupan insan, dan menyelamatkan
mereka dengan terjaganya sifat kemanusiaan, kemuliaan serta agamanya.
B.
Saran
Akhirnya kami sadari bahwa tak
ada gading yang tak retak, tak ada yang sempurna. Kami sadari betul masih
terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini, untuk itu dengan segala kerendahan
hati kami mohon maaf dan terima kasih. Tentunya kami juga mengharapkan
masukan-masukan berharga yang akan menjadi motivasi bagi kami selaku pemakalah.
Daftar Pustaka
Software Qur’an in word
Ensiklopedi kitab 9 imam
hadits online (kutub at-tis’ah)
Khataru tabaruj wal ikhtilat
Muhyiddin Abu Zakaria Yahya bin Syaraf an Nawawi ad
Dimasqi as Syafi’i,Riyadhus Salihin
[1] http://125.164.221.44/hadisonline/hadis9/copy_open.php?imam=bukhari&nohdt=5997
[2]
http://125.164.221.44/hadisonline/hadis9/copy_open.php?imam=muslim&nohdt=3857
[4] Untuk
lebih lengkapnya lihat di http://125.164.221.44/hadisonline/hadis9/copy_open.php?imam
=tirmidzi&nohdt=2241
[5] http://kikiozil.wordpress.com/2012/10/01/berkatalah-yang-baik-atau-diam/
[6]
http://kikiozil.wordpress.com/2012/10/01/berkatalah-yang-baik-atau-diam/
[7] http://125.164.221.44/hadisonline/hadis9/copy_open.php?imam=darimi&nohdt=2597
[8]
Software Qur’an in word
[9]
Lihat QS Ali Imran 185
[10]
Lihat QS Ali Imran 196-197
[11]
Lihtat kitab Khataru
tabaruj wal ikhtilat hal: 70.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar