PENCARIAN

Selasa, 09 Oktober 2012

Moral



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasaan, akhlak (moral) mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Pendidikan aqidah merupakan usaha sadar untuk mengembangkan potensi kekuatan spritual keagamaan yang dimiliki seseorang. Pendidikan akhlak dan moral merupakan usaha sadar untuk mengembangkan potensi manusia untuk berakhlak mulia dan berkepribadian baik. Sedangkan pendidikan ibadah merupakan salah satu jalan untuk mengembangkan kemampuan manusia untuk mampu mengendalikan dirinya dalam bertingkah laku dan juga untuk memperkuat kekuatan spritual keagamaannya. Salah satu elemen dalam diri manusia yang memiliki potensi-potensi yang perlu dikembangkan adalah jiwa yang memang telah dibawa sejak manusia dilahirkan ke muka bumi ini.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan singkat diatas maka yang akan menjadi fokus utama pembahasan makalah kami ini adalah masalah moral atau akhlak,  bagaimana kita bisa memahami hadits tentang pendidikan moral?
C.    Tujuan pembahasan
Dalam pembahasan makalah lami ini, kami sebagai pemakalah memiliki tujuan yaitu Untuk memahami hadits tentang pendidikan moral.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Teks Hadits

 “Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Munir dia mendengar Abu An Nadlr telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Abdullah yaitu Ibnu Dinar dari Ayahnya dari Abu Shalih dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Sungguh seorang hamba akan mengucapkan sebuah kalimat yang diridlai Allah, suatu kalimat yang ia tidak mempedulikannya, namun dengannya Allah mengangkatnya beberapa derajat. Dan sungguh, seorang hamba akan mengucapkan sebuah kalimat yang dibenci oleh Allah, suatu kalimat yang ia tidak meperdulikannya, namun dengannya Allah melemparkannya ke dalam neraka.".[1]

Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin 'Abdullah bin Yunus; Telah menceritakan kepada kami Zuhair; Telah menceritakan kepada kami 'Ashim Al Ahwal dari Abu 'Utsman ia berkata; " Umar bin Khaththab pernah menulis surat kepada kami yang sedang berada di Azerbeijan sebagai berikut; 'Hai Uthbah bin Farqad, sesungguhnya harta ini bukanlah dari hasil jerih payahmu dan bukan pula hasil jerih payah bapak dan ibumu. Oleh karena itu, kenyangkanlah kaum muslimin di tempat tinggal mereka dari apa yang kamu gunakan untuk mengenyangkan dirimu di rumah! Hindarilah dirimu dari kemewahan, pakaian orang musyrik, dan pakaian sutera!”.[2]
  1. قال رسول الله صلى الله عليه وسلم :  « لا يخلون أحدكم بامرأة إلا مع ذي محرم »  ( رواه البخاري ومسلم)
"Jangan sampai salah seorang di antara kalian berdua-duan dengan seorang perempuan melainkan ketika ada mahramnya". HR Bukhari dan Muslim. [3]
B.     Telaah Hadits
  1. Hadits No 1
Melihat teks hadits no 1 diatas, kita dapat mengetahui bahwa lisan dapat menentukan kedudukan dan keselamatan seorang hamba. Kemudian bagaimana agar kita secara pribadi-pribadi sekaligus secara maj-muk masyarakat, mampu mempergunakan kekuatan lisan kita untuk mencapai kedudukan yang tinggi, derajat yang terhormat, bahkan pangkat yang paling mulia, bukan hanya di kalangan manusia atau segenap makhluk, akan tetapi kemuliaan di sisi Allah juga, Junjungan kita Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai pemimpin yang paling mengasihi dan menyayangi umatnya, telah berpesan serta berwasiat demi keselamatan, kemuliaan, serta ketinggian derajat kita, umat beliau, dalam sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau menerangkan,
 “Sesungguhnya seseorang dari kalian berkata dengan perkataan yang diridhai Allah, dia tidak menyangka bahwa kalimat itu bisa sampai pada apa yang dicapai (oleh kalimat itu), kemudian Allah mencatat baginya disebabkan kalimat itu pada keridhaanNya sampai hari dia bertemu denganNya.” (HR. Ahmad, at-Tirmidzi, an-Nasa`i, Ibnu Hibban dari sahabat Bilal bin Harits y).[4]
Dapat kita pahami dalam wasiat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tersebut, bahwa derajat yang tinggi dapat dicapai dengan kalimat yang diridhai oleh Allah. Rasulullah menunjukkan bahwa kalimat yang diridhai oleh Allah Ta’ala, dijamin dapat menyelamatkan dan menjadikan kita bahagia bahkan mencapai derajat yang setinggi-tingginya di sisi Allah adalah dzikir kepada Allah.[5]
Hanya karena hidayah dan taufik Allah semata, kita dapat senantiasa berdzikir dan bersyukur kepadaNya. apakah kita sebagai umat, sebagai bangsa, sebagai generasi, ingin tetap mempertahankan kedudukan yang mulia dan tertinggi itu, atau malah kita tidak mau peduli dan tidak mau sadar bahwa kita sedang menukik terjun ke dalam jurang kehinaan dan kehancuran umat dan bangsa.
Tiada cara untuk bisa mempertahankan kedudukan termulia dan tertinggi itu selain dari bersyukur kepada Allah, senantiasa mensyukuri nikmat kesehatan lisan, dengan berupaya mengguna-kannya untuk mengucapkan kalimat yang diridhai Allah Ta’ala semata, menggunakan lisan hanya untuk menyeru kepada Allah, memperbanyak dzikir di manapun berada, sehingga bibir senantiasa basah oleh dzikir.
Di samping itu juga, sangat dianjurkan bahkan akan memperoleh satu kedudukan yang tinggi jika kita menggunakan lisan untuk bermudzakarah, menyebarkan, dan menuntut ilmu. Allah Ta’ala berfirman,
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä #sŒÎ) Ÿ@ŠÏ% öNä3s9 (#qßs¡¡xÿs? Îû ħÎ=»yfyJø9$# (#qßs|¡øù$$sù Ëx|¡øÿtƒ ª!$# öNä3s9 ( #sŒÎ)ur Ÿ@ŠÏ% (#râà±S$# (#râà±S$$sù Æìsùötƒ ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uyŠ 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ׎Î7yz ÇÊÊÈ
“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Al-Mujadilah: 11).
Dengan cara seperti itulah kaum muslimin senantiasa bisa mempertahankan kedudukan yang paling mulia sejak zaman para nabi dan rasul sampai saat sekarang, maka janganlah sekali-kali kita melupakan atau tidak mau mewarisinya dengan sungguh-sungguh, sehingga tersungkur dalam jurang kehancuran, karena tidak mampu lagi menjaga lisan dan mensyukurinya dengan sebaik-baiknya.
Apabila kita tidak mampu untuk berkata yang baik, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberi satu solusi jitu yaitu, Diam.[6] Karena diam itu mampu menahan seorang hamba agar tidak jatuh ke dalam jurang kehancuran. Dengan diam, kita akan selamat dari jurang neraka, Sesungguhnya perkataan yang tidak baik dapat menyebabkan kehancuran dan kesengsaraan di dunia dan di akhirat, semua itu dikarenakan tidak mau mengendalikan lisan atau tidak bisa diam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, yang artinya:
 “Telah mengabarkan kepada kami Ishaq bin Isa dari Abdullah bin Uqbah dari Yazid bin Amr dari Abu Abdurrahman Al Hubuli dari Abdullah bin Amr bin Al 'Ash ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa diam, ia akan selamat"[7]
  1. Hadits No 2
Harta dengan segala macamnya pada dasarnya adalah kenikmatan yang diberikan Allah swt kepada hambanya. Dan manusia harus menjadikannya sebagai sarana ibadah dalam hidupnya. Tetapi yang sering terjadi dan menimpa manusia ialah bahwa harta berubah menjadi fitnah dan bencana yang merugikan dirinya di dunia maupun akhirat.
Manusia yang mestinya menjadikan harta sebagai sarana tetapi mereka menjadikannya tujuan hidup bahkan banyak yang menghambakan hidupnya pada harta. Sehingga celakalah mereka. Oleh karenanya agar manusia tidak terfitnah dengan harta dan tidak jatuh pada fitnahnya hendaknya mereka mengetahui beberapa hal berikut:
a.    Hakekat Harta dan Dunia
Dunia adalah permainan dan senda gurau. Allah swt berfirman:
$tBur ÍnÉ»yd äo4quysø9$# !$u÷R$!$# žwÎ) ×qôgs9 Ò=Ïès9ur 4 žcÎ)ur u#¤$!$# notÅzFy$# }Îgs9 ãb#uquptø:$# 4 öqs9 (#qçR$Ÿ2 šcqßJn=ôètƒ
”Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui”(QS Al-Ankabuut 64).[8]
Kesenangan yang menipu.[9] Kesenangan yang terbatas dan sementara,[10] Firman-Nya; Jalan atau jembatan menuju akhirat, Rasulullah saw bersabda yang artinya: “Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau musafir (HR Bukhari dari Ibnu Umar) Imam Ahmad, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah menambahkan:” Posisikan dirimu bahwa engkau termasuk ahli kubur”.
b.    Mengetahui Kedudukan Manusia
Manusia diciptakan Allah sebagai pemimpin yang harus memakmurkan bumi. Maka mereka harus menguasai dunia atau harta bukan dikuasai oleh harta. Sebagaimana do’a yang diungkapkan oleh Abu Bakar ra: “Ya Allah jadikanlah dunia ditanganku bukan masuk kedalam hatiku”. Kedudukan manusia lebih mulia dari dunia dan seisinya maka jangan sampai diperbudak oleh dunia atau harta benda. Manusia memang harus memakmurkan dunia tetapi jangan sampai hal itu melalaikan dirinya dari visi dan misi mereka.
c.    Mengetahui bahwa segala yang dimiliki manusia berupa harta kekayaan akan dihisab.
Manusia harus mengetahui dan sadar bahwa kekayaan yang mereka miliki akan diperhitungkan di akhirat kelak. Bahkan semua yang dimiliki dan di’nimati manusia baik kecil maupun besar akan dicatat dan dipertanggungjawabkannya. Oleh karenanya mereka harus berhati-hati dalam mencari harta kekayaan dan dalam membelanjakannya. Jangan sampai mencarinya dengan cara yang diharamkan Allah dan membelanjakannya pada sesuatu yang dihramkan Allah. Lebih jauh lagi manusia harus menjauhkan diri dari diperbudak oleh harta.

d.   Sadar bahwa keni’matan diakhirat jauh lebih ni’mat dan abadi
Seluruh bentuk keni’matan Allah yang diberikan hamba-Nya didunia hanyalah sebagian kecil saja. Rasulullah saw bersabda yang artinya: Artinya: Dari Abu Hurairah ra berkata: Saya mendengar Rasulullah saw bersabda: ”Allah menjadikan rahmat 100 bagian, 99 bagian Allah tahan dan Allah turunkan ke bumi satu bagian. Satu bagian itulah yang menyebabkan sesama mahluk saling menyayangi sampai kuda mengangkat telapak kakinya dari anaknya khawatir mengenainya” (Muttafaqun ‘alaihi).
Begitulah, kenikmatan paling nikmat yang Allah berikan di dunia hanyalah satu bagian saja dari rahmat Allah swt sedangkan sisanya Allah tahan dan hanya akan diberikan kepada orang-orang beriman di surga. Oleh karena itu dalam kesempatan lain Rasulullah saw bersabda tentang dunia bagi orang beriman yang artinya: Dari Abu Hurairah ra berkata rasulullah saw bersabda: ”Dunia adalah penjara bagi mu’min dan surga bagi orang kafir”. (HR Muslim).
  1. Hadits No 3
Pengertian ikhtilat adalah berkumpulnya antara laki-laki dan perempuan yang tidak mempunyai hubungan keluarga. Hukum itu berlaku baik berkumpulnya tersebut antara laki-laki dan perempuan pada satu tempat, yang memungkinkan satu sama lain bisa saling berhubungan, baik itu dengan saling berpandangan atau melalui isyarat maupun berbicara secara langsung atau tidak. Oleh karena itu, menyepinya seorang perempuan bersama lelaki lain yang bukan mahramnya dengan kondisi apapun termasuk dalam kategori ikhtilat.
        Sedangkan hukum ikhtilat adalah haram bahkan ia merupakan perkara yang begitu keras di ingkari oleh Allah supaya dihindari oleh kaum muslimin. Karena sesungguhnya ikhtilat ini, yang terjadi antara dua lawan jenis yang berbeda, antara laki-laki dan perempuan merupakan faktor terbesar terjadi perbuatan zina, dan bahaya terbesar dari itu semua adalah apabila seorang perempuan menyepi bersama laki-laki yang bukan mahramnya karena penyebab masuknya setan di antara mereka berdua adalah ketika mereka berduaan di tempat yang sepi. Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « لا يخلون رجل بامرأة إلا كان الشيطان ثالثهما » ( رواه الترمذي و أحمد والحاكم وصححه)
"Tidaklah seorang laki-laki berduaan bersama wanita yang bukan mahramnya melainkan pasti yang ketiganya adalah setan". HR Tirmidzi, Ahmad dan al-Hakim dan beliau menshahihkannya.
Dalil-dalil yang menerangkan haramnya berduaan dengan lawan jenis yang bukan mahramnya.[11]
a.    Firman Allah Subhanahu wa ta'ala:

قال الله تعالى : ﴿وَإِذَا سَأَلۡتُمُوهُنَّ مَتَٰعٗا فَسۡ‍َٔلُوهُنَّ مِن وَرَآءِ حِجَابٖۚ ذَٰلِكُمۡ أَطۡهَرُ لِقُلُوبِكُمۡ وَقُلُوبِهِنَّۚ . ( سورة الأحزاب: 53).
"Dan apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri- isteri Nabi), Maka mintalah dari belakang tabir. Karena cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka".  (QS al-Ahzaab: 53).
b.    Sabdanya Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم :  «إياكم والدخول على النساء» فقال رجل من الأنصار أفرأيت الحمو قال: «الحمو الموت» ( رواه البخاري ومسلم)
"Hati-hatilah kalian dari keluar masuk ke tempat perempuan". Maka ada salah seorang sahabat dari kalangan Anshar yang menanyakan kepada beliau, bagaimana dengan kakak ipar. Beliau menjawab: "Kakak ipar adalah kematian". HR Bukhari dan Muslim.
Yang di maksud dengan sabda Nabi al-Hamu adalah saudara kandung suaminya seperti adik laki-lakinya, atau anak laki-laki dari adiknya, pamannya atau anak laki-laki dari pamannya. Maka Nabi menyuruh agar rasa takutnya kepada mereka lebih besar di banding rasa takutnya kepada lelaki lain, itu di karenakan bahaya yang akan di peroleh serta fitnah yang di akibatkan lebih besar, di sebabkan kebebasan yang ia miliki untuk bisa keluar masuk dan berduaan bersama istri saudaranya tersebut tanpa ada orang yang mengingkarinya, berbeda dengan orang lain yang keluar masuk tentu akan banyak orang yang mengingkarinya.  Sedangkan makna yang terkandung di dalam hadits ini adalah kita di suruh untuk berhati-hati dari bahaya ikhtilat dan berdua-duan bersama wanita-wanita yang bukan mahramnya.
Sebagian dampak dan akibat yang di sebabkan oleh bersoleknya perempuan bukan kepada mahramnya dan campur baurnya mereka bersama laki-laki. Dan dampak serta akibatnya sangatlah jelek dan berbahaya bagi lingkungkan umat manusia, dengan kemunduran dan kemerosotan moral sampai pada titik yang sangat menyedihkan yaitu kehidupan yang menyerupai kehidupan binatang.
Oleh sebab itu, maka Islam mengharamkan campur baur antara laki dan perempuan asing, dengan memberi solusi bagi tiap jenisnya di siapkan lingkungan yang berbeda secara khusus supaya bisa aman kehidupan insan, dan menyelamatkan mereka dengan terjaganya sifat kemanusiaan, kemuliaan serta agamanya.[12]
Dan fenomena yang sangat di sayangkan, dengan banyaknya kita saksikan pada sebagian tempat perbelanjaan kita, dari adanya para wanita yang perpakaian akan tetapi hakekatnya seperti orang yang telanjang, dengan membuka aurat yang menimbulkan fitnah pada laki-laki, mereka telah menanggalkan mahkota malu, risih serta muru'ahnya bahkan sifat kemanusiaanya pun telah tergadaikan, mereka tampakan wajah serta kepalanya dengan dandan yang paling sempurna, di tambah lagi dengan menampakan leher, tangan dan kaki, sehingga mereka membakar pasar tersebut dengan gelora fitnah yang ia tebarkan ke kanan dan ke kiri tanpa ada rasa malu dan sungkan lagi. Di saksikan oleh para pemuda yang sedang bergejolak syahwatnya terbuai dengan pemandangan yang menggodanya, maka sesungguhnya para wanita tadi, dengan kelakuannya yang tabu tersebut telah menipu pemudi kita untuk mengikutinya dan juga telah memfitnah para pemuda kita dengan perbuatannya.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.    Apabila kita tidak mampu untuk berkata yang baik, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberi satu solusi jitu yaitu, Diam. Karena diam itu mampu menahan seorang hamba agar tidak jatuh ke dalam jurang kehancuran. Dengan diam, kita akan selamat dari jurang neraka,
2.    Harta pada dasarnya adalah kenikmatan yang diberikan Allah swt kepada hambanya. Dan manusia harus menjadikannya sebagai sarana ibadah dalam hidupnya. Tetapi yang sering terjadi dan menimpa manusia ialah bahwa harta berubah menjadi fitnah dan bencana yang merugikan dirinya di dunia maupun akhirat.
3.    Islam mengharamkan campur baur antara laki dan perempuan asing, dengan memberi solusi bagi tiap jenisnya di siapkan lingkungan yang berbeda secara khusus supaya bisa aman kehidupan insan, dan menyelamatkan mereka dengan terjaganya sifat kemanusiaan, kemuliaan serta agamanya.
B.     Saran
Akhirnya kami sadari bahwa tak ada gading yang tak retak, tak ada yang sempurna. Kami sadari betul masih terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini, untuk itu dengan segala kerendahan hati kami mohon maaf dan terima kasih. Tentunya kami juga mengharapkan masukan-masukan berharga yang akan menjadi motivasi bagi kami selaku pemakalah.


Daftar Pustaka
Software Qur’an in word
Ensiklopedi kitab 9 imam hadits online (kutub at-tis’ah)
Khataru tabaruj wal ikhtilat
Muhyiddin Abu Zakaria Yahya bin Syaraf an Nawawi ad Dimasqi as Syafi’i,Riyadhus Salihin


[1] http://125.164.221.44/hadisonline/hadis9/copy_open.php?imam=bukhari&nohdt=5997
[2] http://125.164.221.44/hadisonline/hadis9/copy_open.php?imam=muslim&nohdt=3857
[3] Lihat Riyadhus Salihin  hal: 684.
[4] Untuk lebih lengkapnya lihat di http://125.164.221.44/hadisonline/hadis9/copy_open.php?imam =tirmidzi&nohdt=2241
[5] http://kikiozil.wordpress.com/2012/10/01/berkatalah-yang-baik-atau-diam/
[6] http://kikiozil.wordpress.com/2012/10/01/berkatalah-yang-baik-atau-diam/
[7] http://125.164.221.44/hadisonline/hadis9/copy_open.php?imam=darimi&nohdt=2597
[8] Software Qur’an in word
[9] Lihat QS Ali Imran 185
[10] Lihat QS Ali Imran 196-197
[11] Lihtat kitab Khataru tabaruj wal ikhtilat  hal: 70.
[12] Lihtat kitab Khataru tabaruj wal ikhtilat  hal: 70.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar