A.
Latar
Belakang Masalah
Didalam kehidupan kita
sehari-hari kita mengenal kata Ilmuwan/Ulama’. Dimana arti Ilmuwan/Ulama’
adalah orang yang ‘Alim Atau mengetahui , Ulama/Ilmuwan bukan sekedar istilah
dan kedudukan sosial buatan manusia. Bukan pula orang yang didudukan di lembaga
bentukan pemerintahan dengan subsidi dana. Namun kosa kata al Ulama berasal
dari Kalamullah dan memiliki arti dan kedudukan sangat terhormat disisi Rabb.
Ilmu adalah cahaya yang
dikaruniakan Allah kepada manusia. Dengan keberadaan bahwa agama (Islam) begitu
tinggi dalam memposisikan ilmu, tidak diragukan lagi bahwa kedudukan orang yang
berilmu pun di sisi Allah memiliki derajat yang lebih tinggi dari orang-orang
yang tidak berilmu. Demikian mulia kedudukan orang yang berilmu, sehingga dalam
al-Qur’an dan Hadispun banyak yang menjelaskan hal tersebut.
B.
Pokok
Permasalahan.
Sebagaimana yang Penulis
uraikan dalam latar belakang masalah di atas, dalam makalah ini akan kami bahas
beberapa masalah Yang terkait dengan Kedudukan Ilmuwan/Ulama’
C.
Tujuan
Pembahasan
Dalam penulisan makalah ini
kami akan menjelaskan tentang kedudukan Ulama/Ilmuwam menurut Hadits dan
ayat-ayat al-Qur’an.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Ulama/Ilmuwan
Secara bahasa, ulama berasal
dari kata kerja dasar ‘alima (telah mengetahui); berubah menjadi kata benda
pelaku ‘alimun berarti orang yang mengetahui (mufrad/singular) dan ulama (jamak
taksir/irregular plural). Berdasarkan istilah, pengertian ulama dapat dirujuk
pada al-Quran. Yang sangat masyhur dalam hal ini adalah :
“Sesungguhnya yang
paling takut kepada Allah diantara hambaNya adalah ulama” (Qs.Fathir 28).
Merujuk dari Nash yang jelas
tentang lafadz al Ulama dalam al Quran di atas adalah hamba Allah yang takut
melanggar perintah Allah dan takut melalaikan perintahNya dikarenakan dengan
ilmunya ia sangat mengenal keagungan Allah. Ia bertahuid (mengesakan) Allah
dalam rububiyah, uluhiyah dan asma wa sifat. Mereka sangat berhati-hati dalam
ucapan dan tindakan karena memiliki sifat wara, khowasy dan ’arif.[1]
Kata al Ulama bukan sekedar
istilah dan kedudukan sosial buatan manusia. Bukan pula orang yang didudukan di
lembaga bentukan pemerintahan dengan subsidi dana. Namun kosa kata al Ulama
berasal dari Kalamullah dan memiliki arti dan kedudukan sangat terhormat disisi
Rabb. Oleh karena itu, termasuk perkara yang sangat penting untuk kita ketahui
dan pahami adalah manzilah (kedudukan) ahlul ilmi yang mulia di dalam Al-Qur’an
dan As-Sunnah. Sehingga kita bisa beradab terhadap mereka, menghargai mereka
dan menempatkan mereka pada kedudukannya. Itulah tanda barakahnya ilmu dan rasa
syukur kita dengan masih banyaknya para ulama di zaman ini.
B.
Teks
Hadits
“Dan sesungguhnya para
ulama itu adalah pewaris para nabi. Dan sungguh para nabi tidaklah mewariskan
dinar maupun dirham, hanya saja mereka mewariskan ilmu. Maka barangsiapa yang
mengambilnya (ilmu tersebut) berarti dia telah mengambil bagian ilmu yang
banyak.” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi).
Hadits di atas Dishahihkan oleh
Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 6298 dari Abud Darda’ radhiyallahu ‘anhu)
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih
Al-Utsaimin rahimahullahu berkata (Syarh Riyadhish Shalihin, 3/434): “Tidaklah
mewarisi dari para nabi kecuali para ulama. Maka merekalah pewaris para nabi.
Merekalah yang mewarisi, ilmu, amal dan tugas membimbing umat kepada syariat
Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
Dalam al-Quran Surat
AlMujadalah ayat 11 dikemukakan: “Allah
akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan
beberapa derajat” mengilhami kepada kita untuk serius dan konsisten dalam
memperdalam dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Beberapa tokoh penting
(ilmuwan) dalam sejarah Islam jelas menjadi bukti janji Allah s.w.t akan
terangkatnya derajat mereka baik dihadapan Allah maupun sesama manusia.
DR Wahbah Zuhaili dalam Tafsir
Al Munir nya memaknai kata ‘darajaat’ (beberapa derajat) dengan beberapa
derajar kemuliaan di dunia dan akhirat. Orang ‘alim yang beriman akan
memperoleh fahala di akhirat karena ilmunya dan kehormatan serta kemulyaan di
sisi manusia yang lain di dunia. Karena itu Allah s.w.t meninggikan derajat
orang mu’min diatas selain mu’min dan orang-orang ‘ alim di atas orang-orang
tidak berilmu.[2]
Dalam perspektif sosiologis,
orang yang mengembangkan ilmu berada dalam puncak piramida kegiatan pendidikan.
Banyak orang sekolah/ kuliah tetapi tidak menuntut ilmu. Mereka hanya mencari
ijazah, status/gelar. Tidak sedikit pula guru atau dosen yang mengajar tetapi
tidak mendidik dan mengembangkan ilmu. Mereka ini berada paling bawah piramida
dan tentunya jumlahnya paling banyak. Kelompok kedua adalah mereka yang kuliah
untuk emnuntu ilmu tetapi tidak emngembangkan ilmu. Mereka ini ingin memiliki
dan menguasai ilmu pengetahuan untuk bekal hidupnya atau untuk dirinya sendiri,
tidak mengembangkannya untuk kesejahteraan masyarakat. Kelompok ini berada di
tengah piramida kegiatan pendidikan. Sedangkan kelompok yang paling sedikit dan
berada di puncak piramida adalah seorang yang kuliah dan secara
bersungguh-sungguh mencintai dan mengembangkan ilmu. Salah satunya adalah dosen
yang sekaligus juga seorang pendidik dan ilmuwan. (Tobroni:36)
Keutamaan orang ‘alim (ilmuwan)
dibanding lainnya diperkuat oleh hadist Nabi dari Mu’adz;[3]
" فضلُ العالم على العابد كفضل القمر ليلة البدر على سائر
الكواكب"
“Keutamaan orang ‘alim atas hamba (lainnya) adalah seperti kelebihan
bulan purnama atas bintang-bintang” H.R Abu Daud, Turmudzi, Nasa’i , dan
Ibn hibban.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:
وان الملائكة لتضع أجنحتها رضا لطالب العلم، وان العالم ليستغفر له
من في السموات ومن في الأرض حتى الحيتان في الماء،[4]
Dan sesungguhnya para malaikat membentangkan
sayap-sayap mereka karena ridha terhadap thalibul ilmi (pencari ilmu agama).
Dan sesungguhnya seorang ‘alim itu dimintakan ampun oleh siapa saja yang ada di
langit dan di bumi, dan oleh ikan-ikan di dalam air. [HR. Abu Dawud no: 3641, dan ini lafazhnya; Tirmidzi no: 3641;
Ibnu Majah no: 223; Ahmad 4/196; Darimi no: 1/98. Dihasankan Syeikh Salim Al-Hilali
di dalam Bahjatun Nazhirin 2/470, hadits no: 1388]
Marilah
kita perhatikan hadits yang agung ini. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam menjelaskan keutamaan ‘alim (orang yang berilmu).
Syeikh Muhammad bin
Shalih Al-Utsaimin rahimahullah berkata: “Telah diketahui bahwa ilmu yang
diwariskan oleh para Nabi adalah ilmu syari’at Allah ‘Azza wa Jalla, bukan lainnya. Sehinga para Nabi tidaklah mewariskan ilmu tekhnologi dan
yang berkaitan dengannya kepada manusia.”[5]
Ini bukan berarti
bahwa ilmu dunia
itu terlarang atau tidak berfaedah. Bahkan ilmu dunia yang dibutuhkan oleh umat
juga perlu dipelajari dengan niat yang baik.
Beliau juga
berkata: “Yang kami maksudkan adalah ilmu syar’i, yaitu: ilmu yang yang
diturunkan oleh Allah kepada
Rasul-Nya, yang berupa penjelasan-penjelasan dan petunjuk. Maka ilmu yang
mendapatkan pujian dan sanjungan hanyalah ilmu wahyu, ilmu yang diturunkan oleh
Allah”.[6]
C.
Kedudukan
Ulama
1.
Orang yang
berkedudukan tinggi di sisi Aloh.
Hal ini sebagaimana penegasan
sekaligus janjiAllah Subhanahu wa Ta’ala kepada Ulama’ dalam firmannya yaitu
Surat Al Mujaddalah Ayat 11:
Artinya:
“Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (Al-Mujadilah: 11)
Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di
rahimahullahu berkata dalam tafsirnya: “Allah Subhanahu wa Ta’ala akan
mengangkat ahlul ilmi dan ahlul iman beberapa derajat, sesuai dengan apa yang
Allah Subhanahu wa Ta’ala khususkan kepada mereka (berupa ilmu dan iman).”[7]
2.
Orang Yang paling
khasyyah/Taqwa kepada Allah.
Sebagaimana dalam Q.S Fathir:
28 Allah memuji Ulama dengan firmannya yang berbunyi:
“Sesungguhnya yang
takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.” (Fathir: 28)
Dari Ayat dan hadis ini dapat ditarik kesimpulan bahwa
Rosulillah memberikan gambaran akan Kedududkan Ulama’ sebagai Pewarisnya yakni
dalam hal Khosyahnya kepada Allah.
3.
Orang yang paling
peduli terhadap umat.
Firman Allah:
öNçGZä. uöyz >p¨Bé& ôMy_Ì÷zé& Ĩ$¨Y=Ï9 tbrâßDù's? Å$rã÷èyJø9$$Î/ cöqyg÷Ys?ur Ç`tã Ìx6ZßJø9$# tbqãZÏB÷sè?ur «!$$Î/ 3
Artinya:
“Kamu adalah umat yang terbaik yang
dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang
munkar, serta beriman kepada Allah.” (Ali ‘Imran: 110)
Dalam Ayat ini sangat jelas
kedudukan Ulama, sebagai Orang yang Sangat peduli Pada Umat, Karena Di dunia
ini tiada Orang yang sangat getol mengumandangkan ‘Amar Ma’rur dan Nahi Mungkar
selain para Ulama’.
Yahya bin Mu’adz Ar-Razi
rahimahullahu berkata “Para Ulama itu
lebih belas kasihan terhadap umat Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam
daripada bapak-bapak dan ibu-ibu mereka.” Ditanyakan kepadanya: “Bagaimana
demikian?” Dia menjawab: “Bapak-bapak dan ibu-ibu mereka menjaga mereka dari
api di dunia, sedangkan para ulama menjaga mereka dari api di akhirat.”[8]
4.
Ulama’ adalah
rujukan umat dan pembimbing mereka ke jalan yang benar.
Allah SWT berfirman:
Artinya: “Maka
tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui.”
(Al-Anbiya’: 7)
Ini adalah pelajaran adab dari
Allah Subhanahu wa Ta’ala bagi hamba-hamba-Nya tentang sikap dan perbuatan
mereka yang tidak pantas. Seharusnya, apabila datang kepada mereka berita
penting yang terkait dengan kepentingan umat, seperti berita keamanan dan
hal-hal yang menggembirakan orang-orang yang beriman, atau berita yang
mengkhawatirkan/ menakutkan, yang di dalamnya ada musibah yang menimpa sebagian
mereka, hendaknya mereka memperjelas terlebih dahulu akan kebenarannya dan
tidak tergesa-gesa menyebarkannya. Namun hendaknya mereka mengembalikan hal itu
kepada Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam (semasa beliau masih hidup) dan
kepada ulil amri, yaitu orang yang ahli berpendapat, ahli nasihat, yang berakal
(para ulama). Mereka adalah orang-orang yang paham terhadap berbagai
permasalahan dan memahami sisi-sisi kebaikannya bagi umat, sekaligus mengetahui
hal-hal yang tidak bermanfaat bagi mereka. Apabila mereka melihat sisi
kebaikan, motivasi yang baik bagi orang-orang yang beriman dan menggembirakan
mereka bila berita tersebut disebarkan, atau akan menumbuhkan kewaspadaan
mereka terhadap musuh-musuhnya, tentu mereka akan menyebarkannya (atau
memerintahkan untuk menyebarkan).Apabila mereka melihat (disebarkannya berita
tersebut) tidak mengandung kebaikan, atau dampak negatifnya lebih besar, maka
mereka tidak akan menyebarkannya.
Selain Kedudukan Ulama
sebagaimana Penjelasan Ayat dan Hadis di atas, kedudukan mereka dalam agama
berikut di hadapan umat, merupakan permasalahan yang menjadi bagian dari agama.
Mereka adalah orang-orang yang menjadi penyambung umat dengan Rabbnya, agama
dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Mereka adalah sederetan orang
yang akan menuntun umat kepada cinta dan ridha Allah, menuju jalan yang
dirahmati yaitu jalan yang lurus. Oleh karena itu ketika seseorang melepaskan
diri dari mereka berarti dia telah melepaskan dan memutuskan tali yang kokoh
dengan Rabbnya, agama dan Rasul-Nya. Ini semua merupakan malapetaka yang
dahsyat yang akan menimpa individu ataupun sekelompok orang Islam. Berarti
siapapun atau kelompok mapapun yang mengesampingkan ulama pasti akan tersesat
jalannya dan akan binasa.Al-Imam Al-Ajurri rahimahullah dalam muqaddimah kitab
Akhlaq Al-Ulama mengatakan:[9]
Para ulama adalah lentera
hamba-hamba Allah Subhanahu wa Ta'ala, lambang sebuah negara, lambang kekokohan
umat, sumber ilmu dan hikmah, serta mereka adalah musuh syaithan. Dengan ulama
akan menjadikan hidupnya hati para ahli haq dan matinya hati para penyeleweng.
Keberadaan mereka di muka bumi bagaikan bintang-bintang di langit yang akan
bisa menerangi dan dipakai untuk menunjuki jalan dalam kegelapan di daratan dan
di lautan. Ketika bintang-bintang itu redup (tidak muncul), mereka (umat)
kebingungan. Dan bila muncul, mereka (bisa) melihat jalan dalam kegelapan.
Dari ucapan Al-Imam Al-Ajurri
di atas jelas bagaimana kedudukan ulama dalam agama dan butuhnya umat kepada
mereka serta betapa besar bahayanya meninggalkan mereka, Orang yang paling
peduli terhadap umat.
Niscaya Allah akan meninggikan beberapa derajat
orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat (Qur’an Al mujadalah 11)[10]
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä #sÎ) @Ï% öNä3s9 (#qßs¡¡xÿs? Îû ħÎ=»yfyJø9$# (#qßs|¡øù$$sù Ëx|¡øÿt ª!$# öNä3s9 ( #sÎ)ur @Ï% (#râà±S$# (#râà±S$$sù Æìsùöt ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uy 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ×Î7yz ÇÊÊÈ
Artinya : “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
“Berlapang-lapanglah dalam majlis”, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, Maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat di
ambil kesimpulan bahwa secara istilah Merujuk dari lafadz al Ulama dalam al
Quran adalah hamba Allah yang takut melanggar perintah Allah dan takut
melalaikan perintahNya dikarenakan dengan ilmunya ia sangat mengenal keagungan
Allah. Kata al Ulama bukan sekedar istilah dan kedudukan sosial buatan manusia.
Ilmuwan/Ulama’ adalah Orang
yang berkedudukan tinggi di sisi Aloh, Orang Yang paling khasyyah/Taqwa kepada Allah,
dan Ulama’ adalah rujukan umat serta pembimbing mereka ke jalan yang benar.
Selain Kedudukan Ulama sebagaimana Penjelasan di atas, kedudukan mereka dalam
agama berikut di hadapan umat, merupakan permasalahan yang menjadi bagian dari
agama. Mereka adalah orang-orang yang menjadi penyambung umat dengan Rabbnya,
agama dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
B.
Saran
Setelah kita mengetahui
sedemikian Agung dan pentingnyanya kedudukan serta keberadaan Ilmuwan/Ulama’
dalam kehidupan kita, termasuk perkara yang sangat penting untuk kita ketahui
dan pahami adalah manzilah (kedudukan) ahlul ilmi yang mulia di dalam Al-Qur’an
dan As-Sunnah. Sehingga kita bisa beradab terhadap mereka, menghargai mereka
dan menempatkan mereka pada kedudukannya. Itulah tanda barakahnya ilmu dan rasa
syukur kita dengan masih banyaknya para ulama di zaman ini.
DAFTAR PUSTAKA
Az-Zuhaili, Wahbah. At-Tafsir
Al- Munir Fil ‘Aqidah wal Syari’ah wal Manhaj .Juz 28. Beirut- Libanon: Darul
Fikr. 1411 H/1991 M
Ibn Rusn, Abidin. Pemikiran Al
Ghazali tentang Pendidikan, Yogyakarta.: Pustaka Pelajar . 1998
Nata, Abuddin. Tafsir Ayat-ayat
Pendidikan Tafsir Ayat-Ayat Al- Tarbawiy. Jakarta: P.T Rajawali Press, 2008
Jamaluddin Mohammad , Ulama
Pewaris Para Nabi, Minggu, 2007 Okt. 07 In: http://wong-cirebon.blogspot.com/
Al-Ustadz Abul ‘Abbas Muhammad
Ihsan, Kedudukan Ulama’ dalam Al-Qur`an dan As-Sunnah, 15/03/2009 In: http://belajaralislam.wordpres.com/
Ulama ahlus sunnah, Pewaris
Para Nabi & Rintangan dalam Menuntut Ilmu, In: http://al-aisar.com
[1]
Al-Ustadz Abul ‘Abbas Muhammad Ihsan, Kedudukan Ulama’ dalam
Al-Qur`an dan As-Sunnah, 15/03/2009 In: http://belajaralislam.wordpres.com/
[2]
Az-Zuhaili, Wahbah. At-Tafsir Al- Munir Fil ‘Aqidah wal
Syari’ah wal Manhaj .Juz 28. Beirut- Libanon: Darul Fikr. 1411 H/1991 M, hlm.
43
[3]
Kutubut tis’ah (tirmidzi > bab ilmu > hadits nomor 2823)
[4]
Kutubut tis’ah (tirmidzi > bab ilmu > hadits nomor 2823)
[5] Syeikh Al-Utsaimin Kitabul ilmi, hal: 11
[6]
Ibid hal 11
[7] Mohammad
Jamaluddin, Ulama Pewaris Para Nabi,
Minggu, 2007 Okt. 07 In: http://wong-cirebon.blogspot.com/
[8]
Mukhtashar Nashihat Ahlil Hadits, hal. 168
[9] Ulama
ahlus sunnah, Pewaris Para Nabi & Rintangan dalam Menuntut Ilmu, In: http://al-aisar.com
[10]
Software Quran in word
Tidak ada komentar:
Posting Komentar