PENCARIAN

Rabu, 27 Juli 2011

Pengertian Turunya Al-Qur'an


Pengertian Turunnya Al-Qur’an

Turunnya Al-Qur’an ialah peristiwa besar yang sekaligus merupakan pernyataan kedudukan Al-Qur’an itu sendiri bagi langit dan penghuni bumiyang mana penyampaian wahyu dengan perantara Malaikat Jibril as. Kepada Nabi akhir zaman berdasarkan peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian.

B. Proses Turunnya Al-Qur’an

Turunnya Al-Qur’an yang pertama kali pada malam lailatul qodar merupakan pemberitahuan kepada alam tingkat tinggi (samawi) yang dihuni oleh para malaikat tentang kemuliaan umat nabi Muhammad, sedangkan turunnya Al-Qur’an yang kedua kali secara bertahap berbeda dengan kitab-kitab yang turun sebelumnya.
1. Turunnya Al-Qur’an sekaligus

Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
شهر رمضان الذى أنزل فيه القرآن هدى للناس وبينات من الهدى والفرقان (البقرة: 185)
“Bulan ramadhan: bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang hak dan yang bathil” (QS. Al-Baqarah: 185).
Ayat di atas menyatakan bahwa Al-Qur’an turun pada bulan ramadhan yang di dalamnya terdapat malam yang penuh dengan berkah dan malam yang mulia dari seribu ulan yakni lailatul qodar. Tapi secara dhohir ayat tersebut bertentangan dengan kejadian nyata dalam kehidupan Rasulullah Saw., yang mana Al-Qur’an turun kepada beliau selama 23 tahun. Dalam hal ini para ulama’ mempunyai 3 madzhab antara lain:
Madzhab pertama: Pendapat ibnu Abbas dan sejumlah ulama’ serta yang dijadikan pegangan oleh umumnya ulama’ bahwa turunnya Al-Qur’an sekaligus ke baitul izzah di langit dunia pada malam lailatul qodar. Kemudian setelah itu Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw., selama 23 tahun sesuai dengan peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian sejak beliau diutus hingga wafat.
فصل القرآن من الذكر فوضع في بيت العزة فجعل جبريل ينزل به صلى الله عليه وسلم.
“Al-Qur’an itu dipisahkan dari Ad-Dzikr lalu diletakkan di baitul izzah di langit dunia, maka Jibril mulai menurunkannya kepada nabi Muhammad Saw”.
Madzhab kedua: Yaitu ayng diriwayatkan oleh Asy-Sya’bu bahwa permulaan turunnya Al-Qur’an dimulai pada malam lailatul qodar di bulan ramadhan. Kemudian diturunkan secara bertahap sesuai dengan kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa selama kurang lebih 23 tahun.
وقال الذين كفروا لو لا نزل عليه القرآن جملة واحدة كذلك لنثبت به فؤادك ورتلناه ترتيلا ولا يأتونك بمثل إلا جئناك بالحق وأحسن تفسيرا (الفرقان: 32-33)
“Dan berkatalah orang-orang kafir mengapa Al-Qur’an tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja? Demikian supaya kami perkuat hatimu dengannya dan kami membacakannya kelompok demi kelompok. Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu membawa sesuatu yang ganjil melainkan kami datangkan kepadamu sesuatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya” (QS. Al-Furqan: 32-33).
Madzhab ketiga: Berpendapat bahwa Al-Qur’an diturunkan ke langit dunia selama 23 tahun malam lailatul qodar yang pada setiap malamnya selama malam-malam lailatul qodar itu ditentukan Allah untuk ditentukan pada setiap tahunnya dan jumlah wahyu yang diturunkan ke langit dunia di malam lailatul qodar kemudian diturunkan secara berangsur-angsur pada rasulullah sepanjang tahun.
2. Turunnya Al-Qur’an secara Berangsur-angsur
وإنه لتنزيل رب العالمين. نزل به الروح الأمين. على قلبك لتكون من المنذرين. بلسان عربي مبين. (الشعراء: 190-192).
“Dan Al-Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam. Dia dibawa turun oleh ar-rohul amin (jibril) ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang diantara orang-orang yang memberi peringatan dengan bahasa arab yang jelas”.
وقرآنا فرقناه لتقرأه على الناس على مكث ونزلناه تنزيلا (الإسراء: 106).
“Dan Al-Qur’an itu telah kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan kami menurunkannya bagian demi bagian” (QS. AL-Isra’: 106)
Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur berupa beberapa ayat dan sebuah surat atau berupa surat yang pendfek secara lengkap dan penyampaian Al-Qur’an secara keseluruhan memakan waktu kurang lebih 23 tahun yakni 13 tahun waktu Nabi masih tinggal di Makkah sebelum hijrah dan 10 tahun waktu Nabi sesudah hijrah ke Madinah.

3. Hikmah Diturunkannya Al-Qur’an sekaligus
· Menyatakan kebesaran Al-Qur’an dan kemuliaan orang kepadanya Al-Qur’an diturunkan.
· Memberitahu kepada penghuni tujuh langit bahwa Al-Qur’an adalah kitab terakhir yang diturunkan kepada rasul terakhir pula.
· Menunjukkan suatu penghormatan kepada keturunan Adam di hadapan para malaikat akan perhatian Allah dan rahmat-Nya kepada mereka.

4. Hikmah diturunkannya Al-Qur’an secara berangsur-angsur
· Untuk meneguhkan hati Nabi dalam melakukan tugas sucinya, sekalipun ia menghadapi constrains and challenges (hambatan-hambatan dan tantangan-tantangan) yang ebraneka macam. Demikian pula untuk menghibur Nabi pada saat-saat Nabi sedang menghadapi kesulitan, kesedihan atau perlawanan dari orang-orang kafir supaya bersabar seperti sabarnya para rasul sebelumnya yang mempunyai keteguhan iman dan semangat; surat Yasin: 75 dan surat yunus: 65 yang melarang nabi susah atau sedih karena omongan orag-orang kafir; surat al-An’am: 34 yang mengingatkan Nabi bahwa para rasul sebelumnya juga menghadapi sikap umatnya yang berkepala batu dan memusuhinya, tetapi mereka tetap sabar, akhirnya daranglah pertolongan tuhan.
· Untuk memudahkan bagi Nabi menghafalkan Al-Qur’an sebab ia ummy (tidak pandai baca tulis).
· Untuk meneguhkan dan menghibur hati umat islam yang hidup di masa Nabi, sebab mereka pada permulaan sudah tentu mengalami pula pahit getirnya perjuangan menegakkan kebenaran islam bersama-sama dengan Nabi (Surat An-Nur ayat 55). Demikian pula untuk meringankan bagi umat islam menghafalkan Al-Qur’an sebab mereka pada umumnya masih buta huruf.
· Untuk member kesempatan sebaik-baiknya kepada umat islam dalam meninggalkan sikap mental dan tradisi-tradisi rpa islam (zaman jahiliyah) yang negatif secara berangsur-angsur karena mereka telah dapat menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Al-Qur’an dan ajaran-ajaran Nabi secara step by step pula. Sekiranya ayat-ayat Al-Qur’an terutama yang mengenai hukum-hukum kewajiban dan larangan diberikan sekaligus, pasti akan mendapatkan tantangan atau perlawanan yang hebat dari masyarakat yang akibatnya bisa mengganggu berhasilnya misi Nabi Muhammad.
· Bukti yang pasti bahwa Al-Qur’an diturunkan dari sisi yang Maha Bijaksana dan Maha Terpuji.

5. Faedah turunnya Al-Qur’an secara berangsur-angsur dalam pendidikan dan pengajaran
Dalam hikmah turunnya Al-Qur’an secara bertahap itu kita melihat adanya suatu metode yang berfaedah bagi kita dalam mengaplikasikan perhatian terhadap tingkat pemikiran siswa dan pengembangan potensi akal, sebab turunnya Al-Qur’an itu telah meningkatkan pendidikan umat islam secara bertahap dan bersifat alami untuk memperbaiki jiwa manusia, meluruskan perilakunya, membentuk kepribadian dan menyempurnakan eksistensinya, sehingga jiwa itu tumbuh dengan tegak di atas pilar-pilar yang kokoh dan mendatangkan buah yang baik bagi kebaikan umat manusia seluruhnya dengan izin Tuhan.
Pentahapan turunnya Al-Qur’an itu merupakan bantuan yang paling baik bagi jiwa manusia dalam upaya mengahafal Al-Qur’an, memahami, mempelajari, memikirkan makna-maknanya da mengamalkan apa yang dikandungnya. Petunjuk ilahi tentang huikmah turunnya Al-Qur’an secara bertahap merupakan contoh yang baik dalam menyusun kurikulum pengajaran, memilih metode yang baik dan menyusun buku pelajaran.

Sejarah Filsafat


PENDAHULUAN

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, karena dia diberi akal. Akal inilah yang membedakan antara manusia dengan makhluk lainnya, membedakan manusia dengan binatang. Dengan akalnya manusia berpikir, bahkan sering dijumpai dalam komunikasi sehari-hari muncul istilah “orang itu tidak punya pikiran”, ini sebagai analogi bahwa pikiran sama dengan akal.
Dengan akhirnya mencari tahu. Inilah asal mula pengetahuan, yaitu adanya keingintahuan manusia. Ketika manusia berpikir, dari mana dia ada, untuk apa dia ada, dan kemana setelah tiada? Pertanyaan-pertanyaan ini sulit dijawab dengan segera dan spontan, tetapi membutuhkan pemikiran secara mendalam, membutuhkan perenenungan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut bersifat filsafat. Jawabannya membutuhkan pemikiran filsafat. Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam tentang segala sesuatu sejauh akal manusia dapat menjangkaunya.
Pengertian Filsafat
Secara etimologis (ilmu asal usul kata) kata filsafat berasal dari bahasa Yunani philosophia. Philosophia terdiri dari dua kata, yaitu philein yang berarti mencintai atau philia yang berarti cinta serta sophos yang berarti kearifan atau kebijaksanaan. Dari bahasa Yunani ini melahirkan kata dalam bahasa Inggris philosophy yang diterjemahkan sebagai cinta kearifan/kebijaksanaan. Cinta dapat diartikan sebagai suatu dinamika yang menggerakan subjek untuk bersatu dengan objeknya dalam arti dipengaruhi dan diliputi objeknya. Sedangkan kearifan atau kebijaksanaan dapat diartikan ketepatan bertindak. Dalam bahasa Inggris dapat ditemukan kata policy dan wisdom untuk menyebut kebijaksanaan. Namun yang sering dipergunakan dalam filsafat adalah kata wisdom dan lebih ditujukan pada pengertian keaifan.
PENGERTIAN FILSAFAT DAPAT DIBEDAKAN
  1. Filsafat sebagai suatu sikap
Filsafat merupakan sifat terhadap kehidupan dan alam semesta. Bagaimana manusia yang berfilsafat dalam menyikapi hidupnya dan alam sekitarnya.
Contoh: seorang ibu yang tiba-tiba mendapat berita kematian putrinya yang pramugari.
Seorang ibu yang mampu berpikir secara mendalam dan menyeluruh dalam menghadapi musibah tersebut akan dapat bersikap dewasa, dapat mengontrol dirinya dan tidak emosional. Sikap kedewasaan secara kefilsafatan adalah sikap yang menyelidiki secara kritis, terbuka dan selalu bersedia meninjau persoalan dari semua sudut pandangan.

  1. Filsafat sebagai suatu metode
berfilsafat adalah berpikir secara reflektif, yaitu berpikir dengan memperhatikan unsur di belakang objek yang menjadi pusat pemikirannya.
  1.  Filsafat sebagai kumpulan persoalan
banyak persoalan-persoalan abadi yang dihadapi oleh para filsuf. Usaha-usaha untuk memecahkannya telah dilakukan, namun ada persoalan-persoalan yang smpai hari ini belum juga terpecahkan.
Contoh: persoalan apakah ada ide-ide bawaan?
Hal ini telah dijawab oleh John Locke.
Contoh: berapa IP (indeks prestasi) yang Anda capai semester ini?
Pertanyaan yang demikian dapat langsung dijawab karena bersangkutan dengan fakta. Sedangkan pertanyaan yang berikut:
Apakah Tuhan itu ada?
Apakah kebenaran itu?
Apakah keadilan itu Ada perbedaan antara pertanyaan filsafat dengan pertanyaan bukan filsafat?
  1. Filsafat merupakan system pemikiran
Dalam sejarah filsafat telah dirumuskan system-sistem pemikiran dari Socrates, Plato, dan Aristoteles. Dengan demikian tanpa adanya nama-nama pemikir tersebut besert hasil pemikirannya, maka filsafat tidak dapat berkembang seperti sekarang.
  1. filsafat merupakan analisis logis
para tokoh filsafat analitis berpendapat bahwa tujuan filsafat adalah menyingkirkan kekaburan-kekaburan dengan cara menjelaskan arti dari suatu istilah, baik yang dipakai dalam ilmu maupun dalam kehidupan sehari-hari.
  1. filsafat merupakan suatu usaha untuk memperoleh pandangan secara menyeluruh
Filsafat mencoba menggabungkan kesimpulan-kesimpulan dari berbagai macam ilmu serta pengalaman manusia menjadi suatu pandangan dunia yang menyeluruh.
Hakikat dari sesuatu haruslah mempunyai sifat-sifat berikut:
  1. umum, artinya dapat diterapkan secara luas.
  2. Abstrak, artinya tidak dapat ditangkap dengan panca indera, dan hanya dapat ditangkap dengan akal.
  3.  Mutlak harus terdapat pada sesuatu hal, sehingga halnya menjadi ada.
Menurut Descrates ada beberapa tahapan untuk memulai perenungan filsafat, yaitu:
  1. menyadari adanya masalah
    apabila seseorang menyadari bahwa ada sesuatu masalah, maka orang tersebut akan mencoba untuk memikirkan penyelesaiannya.
  2.  meragu-ragukan dan menguji secara rasional anggapan-anggapan
    setelah selesai dirumuskan, mulailah mengkaji pengetahuan yang diperoleh melalui indera san meragukannya.
  3.  memeriksa penyelesaian-penyelesaian yang terdahulu
    setelah menguji pengetahuan perlu mempertimbangkan penyelesaian-penyelesaian yang telah diajukan mengenai masalah yang bersangkutan.
  4. mengajukan hipotesis
  5.  menguji konsekuensi-konsekuensi
    mengadakan verifikasi terhadap hasil-hasil penjabaran yang telah dilakukan.
  6.  menarik kesimpulan
    kesimpulan yang diperoleh dapat merupakan masalah baru untuk diuji kembali dan seterusnya.
Teori-teori Filsafat
Pengertian teori (dari bahasa Inggris theory, bahasa Latin theoria, dan bahasa Yunani theoreo yang berarti melihat atau thorus yang berarti pengamatan) menurut kamus umum bahasa Indonesia (1995;1041) adalah:
1)      pendapat yang dikemukakan sebagai keterangan mengenai suatu peristiwa (kejadian)
2)       atas dan hokum umum yang menjadi dasar suatu kesenian atau ilmu pengetahuan
3)       pendapat, cara, dan aturan untuk melakukan sesuatu
A. THALES (abad ke 6)
Menurut Thales arkhe dalam semesta adalah air. Semuanya berasal dari air dan semuanya kembali menjadi air (K. Bertens, 1975:26).
Alasan Thales mengemukakan air sebagai zat asali alam semesta, karena bahan makanan semua makhluk memuat zat lembab dan juga benih pada semua makhluk hidup. Teori tentang alam semesta ini barangkali terlalu sederhana, namun pada saat itulah untuk pertama kalinya manusia berpikir tentang alam semesta dengan menggunakan rasio.
B. HERAKLEITOS (abad ke 5 SM)
Menurut Herakleitos, perubahan merupakan satu-satunya kemantapan, It rest by changing. (K. Bestens, 1975: 42). Tidak ada sesuatu pun yang betul-betul ada, semuanya menjadi. Menjadi merupakan perubahan yang tiada henti-hentinya melalui 2 cara:
a.       seluruh kenyataan merupakan arus sungai yang mengalir.
b.       seluruh kenyataan adalah api.
Perkataan yang terkenal dari Herakleitos adalah panta rhei kai uden menei, semuanya mengalir dan tidak ada sesuatu pun yang tinggal mantap.
C. PARAMENIDES ((515 SM)
Seluruh jalan kebenaran bersandar pada satu keyakinan: yang ada itu ada, itulah kebenaran.
Ada dua pengandaian yang dapat membuktikan kebenaran, yaitu:
a.       orang dapat mengemukakan bahwa yang ada itu tidak ada.
b.      orang dapat mengatakan bahwa yang serentak ada dan serentak juga tidak ada.
Kedua pengertian di atas sama-sama mustahil, yang tidak ada tidak dapat dipikirkan dan tidak dapat dibicarakan.
D. SOCRATES
Menurut Socrates, manusia merupakan makhluk yang dapat mengenal, yang harus mengatur tingkah lakunya sendiri dan yang hidup dalam masyarakat. Teorinya tentang manusia bertitik tolak dari pengalaman sehari-hari dan dari kehidupan yang konkret.
Socrates berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
a.       apakah hidup yang baik?
b.       apakah kebaikan itu, yang mengakibatkan kebahagiaan seorang manusia?
c.        apakah norma yang mengizinkan kita menetapkan baik buruknya suatu perbuatan?
untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, Socrates memulai dengan bertanya kepada siapa saja yang ditemuinya. Metode Socrates ini disebut dialektika, dari kata Yunani dialeqesthai berarti bercakap-cakap atau berdialog. Karena tujuan dari dialog adalah untuk menemukan pengertian tentang kebajikan, maka Socrates menamai metodenya dengan maieutika tekhne seni kebidanan).
E. PLATO (428 SM)
Dari pengertiannya tentang ide umum dan ide konkret, dapat disimpulkan bahwa menurut Plato realitas sebenarnya terdiri dari dua dunia. Satu dunia mencakup benda-benda jasmani yang dapat ditangkap oleh panca indera. Pada tahap ini semua realitas berada dalam perubahan. Contoh: baju yang sekarang dipakai rapid an bersih, besok sudah lusuh dan kotor. Karena itu ada suatu dunia lain, yaitu dunia ideal, yaitu dunia yang terdiri ide-ide. Dalam dunia ideal ini tidak ada perubahan, dan sifatnya abadi.
Plato memandang manusia sebagai makhluk yang terpenting di antara segala makhluk yang terdapat di dunia ini. Jiwa merupakan pusat atau intisari kepribadian manusia, dan jiwa manusia bersifat baka atau kekal.
F. ARISTOTELES (384 SM)
Sejak Aristoteles inilah pemikiran-pemikiran filsafat tersusun secara sistematis, yang dikelompokan dalam 8 bagian, yaitu:
  1.  Logika
  2. filsafat alam
  3. psikologi
  4. biologi
  5. metafisiska
  6. etika
  7. politik dan ekonomi
  8. retorika dan paetika
teori Aristoteles tentang gerak dapat dipahami melalui contoh berikut ini, yaitu air dingin menjadi panas. Gerak berlangsung antara dua hal yang berlawanan antara panas dan dingin. Namun ada sesuatu hal yang dulunya dingin kemudian menjadi panas. Dengan demikian ada 3 faktor dalam setiap perubahan, yaitu:
a.       keadaan/cirri yang terdahulu, yaitu dingin
b.       keadaan/cirri yang baru, yaitu panas
c.       suatu substratum atau alas yang tetap, yaitu air.
Dalam pandangannya tentang penyebab tiap-tiap kejadian, baik kejadian alam maupun kejadian yang disebabkan manusia, Aristoteles menyebut ada 4 penyebab, yaitu:
1.      penyebab efisien (efficient cause) yaitu sumber kejadian, factor yang menjalankan kejadian. Contoh: tukang kayu yang membuat meja makan.
2.      penyebab final (final cause). Yaitu tujuan yang menjadi arah seluruh kejadian. Contoh: meja makan dibuat untuk makan.
3.      penyebab material (material cause). Yaitu bahan dari mana benda dibuat. Contoh: meja makan dibuat dari kayu.
4.      penyebab formal (formal cause). Yaitu bentuk yang menyusun bahan. Contoh: bentuk meja ditambah pada kayu, sehingga kayu menjadi sebuah meja.
G. AL KINDI (796-873 SM)
Teorinya tentang pengetahuan terbagi dalam 2 bagian:
1.         pengetahuan Ilahi (devine science)
pengetahuan langsung yang diperoleh Nabi dari Tuhan.
2.         pengetahuan manusiawi (human scince)
pengetahuan yang didasarkan atas pemikiran

MUBTADA DARI MUDOF ILAIH

مبتدأ من مضاف اليه
MUBTADA DARI MUDOF ILAIH
Dalam bahasa Arab ada dua macam jumlah atau kalimat (dalam bahasa Indonesia), yaitu ; jumlah ismiyah (kalimat nominal) dan jumlah fi’liyah (kalimat verbal). Jumlah ismiyahadalah jumlah yang disusun dari dua unsur, yaitu ; مبتدأ Mubtada (pokok kalimat) dan khobar (keterangan). Sedangkan jumlah fi’liyah adalah jumlah yang disusun dari dua unsur, yaitu ; fi’il (kata kerja) dan fa’il (pelaku/subjek).
Pada bagian ini akan dibahas tentang مبتدأ mubtada dari مضاف اليه mudoh ilaih. Sebelumnya kita bahas terlebih dahulu “apa itu مبتدأ mubtada” dan “apa itu مضاف اليهmudoh ilaih”.
1. مبتدأ Mubtada. مبتدأ Mubtada adalah salah satu unsur dalam suatu jumlah ismiyah yang berfungsi sebagai pokok kalimat dan letaknya wajib/selalu di awal jumlah. Mubtadadibentuk dari isim (kata benda) yang benda tersebut sifatnya harus ma’rifah (tentu/jelas). Isim ma’rifah diantaranya ; dhomir, isim alam, isim isyaroh, isim yang diberi alif dan lam didepanya dan susunan Idofah.
Contoh :
البيت كبير
Rumah itu besar = albaitu (mubtada) kabiirun (khobar)
انا تلميذ
Saya seorang pelajar = ana (mubtada) tilmiidzun (khobar)
2. Idofah. Dalam bahasa Indonesia disebut juga kata majemuk. Adalah suatu ungkapan yang terdiri dari dua kata yang kedua-duanya adalah isim (kata benda), yang pertama disebutمضاف mudof, yang kedua disebut مضاف اليه mudof ilaih dan memiliki satu pengertian (arti).
a. مضافMudof adalah isim yang disandarkan kepada isim sesudahnya/didepannya, yang sifatnya menjadi ma’rifah atau tertentu/khusus karena hubungan ini, sifatnyama’rifah. Artinya harokatnya bertanwin dan pada waktu diidofahkan maka tanwinnya harus dibuang, jika bentuknya mufrod. Dan jika mustanna atau jamak mudzakar salim maka ن (nun) nya harus dibuang.
b. مضاف اليه Mudof ilaih adalah isim yang terletak sesudah مضاف mudof, yang letaknya wajib majrur atau berbaris kasroh dengan bunyi (i) atau (in).
Contoh :
مسجد المدرسة
Masjid sekolah = masjidul (mudof) madrosati (mudof ilaih)
سورة الفاتحة
Surat alfatihah = suuratul (mudof) faatihati (mudof ilaih)
3. مبتدأ Mubtada dari مضاف اليه mudof ilaih adalah مضافmudof/ مضاف اليه mudof ilaih yang berkedudukan/berfungsi sebagai pokok kalimat pada jumlah ismiyah.
Contoh :
سيارة الأستاذ جميلة
Mobil guru itu bagus = Sayyaaratul ustaadzi (mubtada mudof ilah) jamiilatun (khobar)
كتاب علي جديد
Buku Ali baru = Kitaabu Aliyin (mubtada mudof ilah) jadiidun (khobar)
كتاب فاطمة جديدة
Buku Fatimah baru = Kitaabu Fatimata (mubtada mudof ilah) jadiidatun (khobar)
مسطرة أستاذ جديدة
Penggaris guru baru = Mistharatu ustaadin (mubtada mudof ilah) jadiidatun (khobar)
دراجة استاذ في الفناء
Sepeda guru di halaman = Darraajatu ustadzin (mubtada mudof ilah) fil finaa i (khobar)