BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Banyak hal yang dapat diikuti, diteladani dari
Rasulullah Shalla-Llaahu 'alayhi wa sallam. Salah satunya adalah Beliau selalu
bicara yang baik-baik, dan selalu berkata benar. Beliau selalu menyampaikan
hal-hal yang mendekatkan penyimaknya kepada Allah Subhaana wa ta'aalaa.
Tapi syaithan tidak diam diri. Ia berbisik dalam dada
anak-anak Adam, "Tak perlulah begitu, sekali-sekali bicaralah yang ngawur,
sekali-sekali bicaralah hal-hal yang tidak baik, itu tidak apa-apa." Maka
kita harus katakan: Tidak!! (dalam hati) terhadap ajakan halus syaithan itu
jika kita memang benar-benar mencintai Allah, maka kita harus ikuti, teladani
kekasih-Nya, Nabi-Nya, Rasulullah saw., yaitu berbicara yang baik-baik atau
lebih baik diam saja. Atau berdoalah dalam hati:
ö@è% èqããr& Éb>tÎ/ Ĩ$¨Y9$# ÇÊÈ Å7Î=tB Ĩ$¨Y9$# ÇËÈ Ïm»s9Î) Ĩ$¨Y9$# ÇÌÈ `ÏB Ìhx© Ĩ#uqóuqø9$# Ĩ$¨Ysø:$# ÇÍÈ Ï%©!$# â¨Èqóuqã Îû Írßß¹ ÄZ$¨Y9$# ÇÎÈ z`ÏB Ïp¨YÉfø9$# Ĩ$¨Y9$#ur ÇÏÈ
"Katakanlah:
"Aku berlidung kepada Rabb (Pemelihara, Penguasai) manusia. Raja (Pemilik)
manusia. Tuhan (Yang kepada-Nya) manusia (memohon perlindungan). Dari kejahatan
(bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan,
keburukan) ke dalam dada manusia, melalui (perantara) jin dan manusia."
(QS 114:1-6)
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Hadits
Etika Sosial No 3
“Kami
diperintahkan oleh Rasulullah shollallahu 'alaihi wa alihi wa
sallam dengan tujuh perkara dan melarang kami dari tujuh perkara, maka beliau
menyebutkan : mengunjungi orang sakit, mengantar jenazah, menjawab orang
bersin, menjawab salam, menolong yang dizholimi, menjawab undangan dan
melaksanakan sumpah”.
Maka telah
tetaplah dengan (dalil-dalil) ini bahwasanya wajib bagi setiap muslim untuk
menolo-?ng saudara-saudaranya kaum muslimin sesuai kadar kemampuannya. Kemudian
saya mengajak kepada orang-orang ‘uqola` dan orang-orang yang munshif diseluruh
penjuru bumi untuk berdiri diatas al-haq dan keadilan dan menentang kezholiman
dan hendaklah semuanya mengetahui bahwasanya membenarkan orang-orang yang
zholim diatas
kezholimannya atau diam darinya apalagi kalau membantunya adalah merupakan sebab murkanya Allah dan (sebab) kehancuran bagi orang yang melakukannya karena dia ikut berserikat dalam kezholimannya. Dan Allah Ta’ala berfirman :
kezholimannya atau diam darinya apalagi kalau membantunya adalah merupakan sebab murkanya Allah dan (sebab) kehancuran bagi orang yang melakukannya karena dia ikut berserikat dalam kezholimannya. Dan Allah Ta’ala berfirman :
$yJ¯RÎ) ã@Î6¡¡9$# n?tã tûïÏ%©!$# tbqßJÎ=ôàt }¨$¨Z9$# tbqäóö7tur Îû ÇÚöF{$# ÎötóÎ/ Èd,ysø9$# 4 Í´¯»s9'ré& óOßgs9 ë>#xtã ÒOÏ9r& ÇÍËÈ
“Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zhalim
terhadap orang-orang dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu
mendapat azab yang pedih”. (Q. S. Asy-Syura : 42)
Dan (Allah) subhanahu
mengabarkan tentang orang-orang yang zholim dan sunnah-Nya dalam
menghancurkannya :
“Dan sesungguhnya Kami telah membinasakan umat-umat yang
sebelum kamu, ketika mereka berbuat kezaliman, padahal rasul-rasul mereka telah
datang kepada mereka dengan membawa keterangan-keterangan yang nyata, tetapi
mereka sekali-kali tidak hendak beriman. Demikianlah Kami memberi pembalasan
kepada orang-orang yang berbuat dosa”. (Q. S. Yunus : 13)
Dan termasuk
sunatullah Al-kauniyah bahwasanya Allah membuat terlena bagi orang yang zholim
sampai jika Dia mengadzabnya tidak akan melepaskannya.
Maka wajib bagi
semuanya untuk berhati-hati dari kezholiman karena sesungguhnya akibatnya
sangat mengerikan dan kezholiman (akan dibalas) dengan berbagai kezholiman pada
hari kiamat. Kemudian juga wajib bagi semuanya untuk menahan orang-orang yang
zholim dan menghentikan kezholimannya kalau tidak maka adzab dan kehancuran
akan menimpa semuanya. Rasulullah shollallahu 'alaihi wa alihi
wa sallam bersabda :
Dan hendaklah
setiap orang yang beraqal diantara kita memperhatikan dan memikirkan
akibat-akibat yang diterima oleh ummat-ummat yang telah lalu bagaimana Allah
membinasakan mereka dengan kezholimannya dan mereka melampaui batas walaupun
kekuatannnya sangat besar. Karena sesungguhnya Allah tidak ada sesuatupun di
bumi dan di langit yang bisa melemahkan-Nya dan Dia Subhanahu telah
mengharamkan kezholiman pada dirinya dan menjadikannya perkara yang haram
diantara hamba-hamba-Nya.
Demikianlah dan
hanya kepada Allah saya memohon untuk memuliakan agama-Nya dan meninggikan
kalimat-Nya dan menolong hamba-hamba-Nya yang bertauhid sebagaimana saya memohon
kepada-Nya yang Maha Suci.
agar menolong
saudara-saudara kami di Palestina dan mengikat hati-hati mereka (menyatukan)
dan menguatkan kaki-kaki mereka dan menolong mereka dari musuh-musuhnya dan
agar Allah yang Maha Suci menjadi wali dan penolong bagi mereka dan
menghancurkan musuh-musuh-Nya dan menurunkan bencana dan adzab-Nya kepada
mereka sesungguhnya Dia yang Maha Suci lagi Maha Berkuasa atas segala sesuatu
Maha Mampu dan Maha Mengabulkan do’a. Shollallahu wasallam
B.
Hadits
Etika Sosial No 4
Belajar dari sejarah kehidupan Rasulullah yang mulia dan dalam penerapan ajaran Islam telah sangat detail
memperhatikan persoalan keummatan; Mulai dari urusan dapur sampai urusan ketatanegaraan, telah dijabarkan dalam
kehidupan beliau sebagai Uswatun Hasanah (contoh tauladan) bagi kita semua.
Sebagai contoh tentang serius memperhatikan soal menjaga lisan sehingga
Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa yang memberi jaminan kepadaku (untuk menjaga) apa yang ada
antara dua janggutnya (lisan) dan apa yang ada antara dua kakinya (kemaluannya)
maka aku menjamin Surga untuknya." (HR. Al-Bukhari).
Seorang muslim wajib menjaga lisannya, tidak boleh berbicara batil,
dusta, menggunjing, mengadu domba dan melontarkan ucapan-ucapan kotor,
ringkasnya, dari apa yang diharamkan Allah dan Rasul-Nya. Sebab kata-kata yang
merupakan produk lisan memiliki dampak yang luar biasa.
Perang, pertikaian antarnegara atau perseorangan sering terjadi karena
perkataan dan provokasi kata. Sebaliknya, ilmu pengetahuan lahir, tumbuh dan
berkembang melalui kata-kata. Perdamaian bahkan persaudaraan bisa terjalin
melalui kata-kata. Ironinya, banyak orang yang tidak menyadari dampak luar
biasa dari kata-kata. Padahal Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:
"Sungguh
seorang hamba berbicara dengan suatu kalimat yang membawa keridhaan Allah, dan
dia tidak menyadarinya, tetapi Allah mengangkat dengannya beberapa derajat. Dan
sungguh seorang hamba berbicara dengan suatu kalimat yang membawa kemurkaan
Allah, dan dia tidak mempedulikannya, tetapi ia menjerumuskan-nya ke Neraka
Jahannam" (HR.
Bukhari)
Syaithan selalu mengajak kita dengan sangat-sangat halus. Sehingga banyak
dari kita tidak merasa bahwa itu adalah ajakan syaithan yang terkutuk. Itu
mengapa perlunya Dzikru-Llaah (Mengingat Allah). Makna dzikru-Llaah bukan
melafazkan selalu kalimat-kalimat tahmid, tahlil, tasbih, istighfar dan
lain-lain. Tapi dzikru-Llaah adalah selalu ingat dalam hati, pikiran, dan
tindakan kita, sadar dalam tiap nafas kita bahwa Dia "Allah" selalu
dekat.
Maka jagalah kata-kata kita bila berbicara, berbicaralah yang baik-baik,
atau bila belum sanggup, lebih baik diam saja. Sabda Nabi saw., "Siapa
yang diam (dari kata-kata dan hal-hal yang tidak baik) pasti selamat (di Hari
Akhir nanti)". Diriwayatkan oleh Abu Hurayrah ra. dalam Sunan at-Tirmidzi
no.2500 dan Sunan Abu Dawud no.5154.
Inilah Adab (Etika) berbicara bagi siapa saja yang ingin mendapat
syafa'at Nabi saw. di yaumil-akhir nanti. Qul inkuntum tuhibbuunallaaha fat
tabi'uunii yuhbibkumullaahu wa yaghfir lakum dzunuubakum wallaahu ghafuurur
rahiim.
Etika / Adab Berbicara Dalam Islam[1]
1.
Hendaknya
pembicaran selalu di dalam kebaikan. Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman yang
artinya: "Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisik-bisikan mereka, kecuali
bisik-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah atau berbuat
ma`ruf, atau mengadakan perdamaian diantara manusia". (An-Nisa: 114).
2.
Hendaknya pembicaran
dengan suara yang dapat dide-ngar, tidak terlalu keras dan tidak pula terlalu
rendah, ungkapannya jelas dapat difahami oleh semua orang dan tidak dibuat-buat
atau dipaksa-paksakan.
3.
Jangan membicarakan
sesuatu yang tidak berguna bagimu. Hadits Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa
sallam menyatakan: "Termasuk kebaikan islamnya seseorang adalah meninggalkan
sesuatu yang tidak berguna". (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).
4.
Jangan membicarakan
sesuatu yang tidak berguna bagimu. Hadits Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa
sallam menyatakan: "Termasuk kebaikan islamnya seseorang adalah
meninggalkan sesuatu yang tidak berguna". (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).
5.
Janganlah kamu
membicarakan semua apa yang kamu dengar. Abu Hurairah Radhiallaahu 'anhu di
dalam hadisnya menuturkan : Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam telah
bersabda: "Cukuplah menjadi suatu dosa bagi seseorang yaitu apabila ia
membicarakan semua apa yang telah ia dengar".(HR. Muslim)
6.
Menghindari
perdebatan dan saling membantah, sekali-pun kamu berada di fihak yang benar dan
menjauhi perkataan dusta sekalipun bercanda. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa
sallam bersabda: "Aku adalah penjamin sebuah istana di taman surga bagi
siapa saja yang menghindari bertikaian (perdebatan) sekalipun ia benar; dan
(penjamin) istana di tengah-tengah surga bagi siapa saja yang meninggalkan
dusta sekalipun bercanda". (HR. Abu Daud dan dinilai hasan oleh
Al-Albani).
7.
Tenang dalam
berbicara dan tidak tergesa-gesa. Aisyah Radhiallaahu 'anha. telah menuturkan:
"Sesungguhnya Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam apabila membicarakan
suatu pembicaraan, sekiranya ada orang yang menghitungnya, niscaya ia dapat
menghitungnya". (Mutta-faq'alaih).
8.
Menghindari
perkataan jorok (keji). Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Seorang mu'min itu pencela atau pengutuk atau keji pembicaraannya".
(HR. Al-Bukhari di dalam Al-Adab Mufrad, dan dishahihkan oleh Al-Albani).
9.
Menghindari sikap
memaksakan diri dan banyak bicara di dalam berbicara. Di dalam hadits Jabir
Radhiallaahu 'anhu disebutkan: "Dan sesungguhnya manusia yang paling aku
benci dan yang paling jauh dariku di hari Kiamat kelak adalah orang yang banyak
bicara, orang yang berpura-pura fasih dan orang-orang yang mutafaihiqun".
Para shahabat bertanya: Wahai Rasulllah, apa arti mutafaihiqun? Nabi menjawab:
"Orang-orang yang sombong". (HR. At-Turmudzi, dinilai hasan oleh
Al-Albani).
10.
Mendengarkan
pembicaraan orang lain dengan baik dan tidak memotongnya, juga tidak
menampakkan bahwa kamu mengetahui apa yang dibicarakannya, tidak menganggap
rendah pendapatnya atau mendustakannya.
11.
Jangan memonopoli
dalam berbicara, tetapi berikanlah kesempatan kepada orang lain untuk
berbicara.
12.
Menghindari
perkataan kasar, keras dan ucapan yang menyakitkan perasaan dan tidak
mencari-cari kesalahan pembicaraan orang lain dan kekeliruannya, karena hal
tersebut dapat mengundang kebencian, permusuhan dan pertentangan.
13.
Menghindari sikap
mengejek, memperolok-olok dan memandang rendah orang yang berbicara. Allah
Subhaanahu wa Ta'ala berfirman yang artinya: "Wahai orang-orang yang
beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokan kaum yang lain (karena) boleh
jadi mereka (yang diolok-olokan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokan),
dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokan) wanita-wanita lain (karena)
boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokan) lebih baik dari wanita (yang
mengolok-olokan). (Al-Hujurat: 11).
14.
Menghindari
perbuatan menggunjing (ghibah) dan mengadu domba. Allah Subhaanahu wa Ta'ala
berfirman yang artinya: "Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian
yang lain".(Al-Hujurat: 12)
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Syaithan
selalu mengajak kita dengan sangat-sangat halus. Sehingga banyak dari kita
tidak merasa bahwa itu adalah ajakan syaithan yang terkutuk. Itu mengapa
perlunya Dzikru-Llaah
(Mengingat Allah). Makna dzikru-Llaah bukan melafazkan selalu kalimat-kalimat
tahmid, tahlil, tasbih, istighfar dan lain-lain. Tapi dzikru-Llaah adalah
selalu ingat dalam hati, pikiran, dan tindakan kita, sadar dalam tiap nafas
kita bahwa DIA "Allah" selalu dekat, selalu menyertai, dan selalu
mengawasi kita.
Maka
jagalah kata-kata kita bila berbicara, berbicaralah yang baik-baik, atau bila
belum sanggup, lebih baik diam saja. Sabda Nabi saw., "Siapa yang diam
(dari kata-kata dan hal-hal yang tidak baik) pasti selamat (di Hari Akhir
nanti)". Diriwayatkan oleh Abu Hurayrah ra. dalam Sunan at-Tirmidzi
no.2500 dan Sunan Abu Dawud no.5154.
Inilah
Adab (Etika) berbicara bagi siapa saja yang ingin mendapat syafa'at Nabi saw.
di yaumil-akhir nanti. Qul inkuntum tuhibbuunallaaha fat tabi'uunii
yuhbibkumullaahu wa yaghfir lakum dzunuubakum wallaahu ghafuurur rahiim.
B.
Saran
Penulis menyadari dalam
penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya bagi penulis. Amiiinnnn …
DAFTAR PUSTAKA
Software qur’an in word
Kutub at Tis’ah Online
http://parentingnabawiyah.com/index.php?option=com_content&view=article&id=93:nak-bacalah-bismillah&catid=36:anak&Itemid=60